Puisi

"Poetry has a Soul"

Saturday, February 14, 2009

Sajak-Sajak Dedy Tri Riyadi

Pesta Sepatu


Adakalanya penyair pergi ke pesta. Melupakan sepi
sementara. Mencari kata-kata di udara terbuka.
"Siapa tahu bisa berkenalan dengan puisi yang cantik."
Malam ini, aku percaya diri dengan tubuh yang paling batik.

Sesampai di pesta, kucoba tukarkan kartu derita
dengan segelas tawa. "Jangan hilang sobekannya,
nanti akan diundi di akhir acara," ujar pria bersepatu
yang berdiri di samping pintu. Entah dia penunggu
atau yang ditunggu-tunggu tetamu, karena begitu
sampai, dia yang dituju lebih dahulu.

Belum sempat kuteguk minuman pembuka, aku
kaget setengah mati. "Kenapa sepiku ada juga di sini?"
Mungkin diam-diam dia menyelinap pergi,
sebelum pintu sempat kukunci. Dengan ragu, aku
pun menghampiri.

"Ah, kau diundang juga?" Dia lebih cepat bertanya.
Antara kesal dan malu, aku tersipu. Ketika tertunduk,
baru kusadari : aku salah memakai sepatu!

"Tenang saja, ini pesta sepatu. Kau boleh berkencan
semalam dengan sepatu paling idaman." Entah kenapa,
sepi kurasakan begitu menenangkan.

2007



Penolakan Sepatu




Bangun pagi adalah rekreasi. Setelah merapikan mimpi,
menyelimuti sepi, aku bersiap pergi. Membawa tubuh
berkeliling di sekitar subuh.

"Wah, rupanya kau belum mandi." Sepatu menolak
memakai kaki, aku urung pergi.

2007



Kepada Penyair



Sepi teramat ramah, menyapaku
selalu dengan tawa renyah.
"Hai, apa kabar? Apakah hari-harimu
masih bergulat dengan derita?"

Sejenak dia memainkan lubang
di saku celana, temali hitam sepatuku,
bahkan pada kusut anak rambut.
Sampai akhirnya yang disentuhnya luruh.

Sepi meniadakan aku, hingga
tak bisa kususun hari pada deret usia.

Kini aku pun mulai bermain puzzle
dengan serpihan yang ada :
saku celana, tali sepatu, anak rambut
menjadikannya sebentuk aku.

Sebelum jadi, sepi pun beranjak
pergi. "Selamat berhari jadi,
padahal kukira kau sudah mati."
Kali ini aku tertawa terbahak.
Aku kalah telak!

2007



Menyapih Sepi


Ibu, ajari aku menyapih sepi
sebagaimana sungai sentuhi batu
agar lumut sediakan tanah,
tempat bertumbuh beringin itu

Sebab aku hanya bisa
lesapkan senyap, seperti
asap menuju awan. Untuk
kembali bersama hujan

2007


Dedy Tri Riyadi lahir di Tegal, Jawa Tengah tanggal 16 Oktober 1974.

Mulai serius suka menulis puisi baru pada awal tahun 2006. Karya Puisi

sudah pernahdimuat di Suara Pembaruan, Situs www.tandabaca.com,

www.fordisastra.com, www.puisi.net dan majalah Addiction Edisi Maret 2007.



Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

<< Home



BLOG MAHASISWA & MASYARAKAT INDONESIA DI INDIA

Abdullah Elwazeen   • A Fatih Syuhud   • Ahmad Qisai    • Aila El Edroos   • Dudi Rahman   • Fadlan Achadan   • Irwansyah Yahya   • Julkifli Marbun   • Khairurrazi    • Lily Mumbai   • Lisa Cochin   • Lukman Nul Hakim   • Mario   • Muhammad Ikhsan    • Mukhlis Zamzami Chaniago   • Nasha Nadeera Cochin   • Purwarno Hadinata   • Putu Widyastuti Rudolf   • Rini Ekayati   • Rizqon Khamami   • Saifullah Hayati Nur   • Tasar Karimuddin   • Tylla Subijantoro   • Uci Mumbai   • YASER AMRI   • Yunita Ramadhana   • Zamhasari Jamil   • Zulfitri   • zulfikar karimuddin  
Links:

Bengkel Puisi  

Blog Directory Indonesia:

angkringan.or.id - Komunitas Weblog Jogjakarta   •Bandung Blog Village. Weblog Community   • Blogbugs   •Blogger Family   •Blog Indonesia   •Bloggerian   •blogzone   • cangkrukan community   •id-GMail   •indodigest   •Indonesian Muslim Blogger   •Kaskus   •Komunitas Blogger Malang   •Merdeka   • PLANET TERASI    •weblogs.or.id  

Powered by Blogger